RSF: 387 Jurnalis Dunia Dipenjara Akibat Beritakan Krisis Corona.
Hallo sahabat setia semuanya kembali lagi bersama maingame88 yang selalu setia meberikan kabar dunia terbaru dan terpopuler.
Kabar berita kali ini maingame88 kutip dari kabar dunia yaitu RSF: 387 Jurnalis Dunia Dipenjara Akibat Beritakan Krisis Corona

Seseorang memegang papan bertuliskan ”Bebaskan Semua Jurnalis” dalam peringatan Hari Kebebasan Pers Internasional di Jerman.Lotto03
Sebanyak 387 jurnalis dan pekerja media di dunia di penjara karena memberitakan krisis virus corona. Temuan ini di publikasikan oleh Reporters Without Borders cabang Jerman dalam laporan tahunannya soal kebebasan pers.
Baca juga: Lotto03.com Bandar Togel Online Terbesar & Terpercaya
Setidaknya 387 pekerja media di seluruh dunia telah di penjara, per 1 Desember tahun ini. Data tersebut di sampaikan oleh LSM yang memperjuangkan Kebebasan Pers Reporters Without Border (RSF) cabang Jerman dalam laporan tahunannya.
Lima negara yang memenjarakan jurnalis paling banyak adalah Cina, yang menahan 117 jurnalis, di ikuti Arab Saudi (34), Mesir (30), Vietnam (28) dan Suriah (27).
Mayoritas pekerja media yang di penjara adalah laki-laki, namun jumlah perempuan yang di tahan pada 2020 meningkat sepertiganya menjadi 42 orang.
Laporan tahunan Reporters Without Borders mengungkapkan bahaya melaporkan berita tentang krisis. Pandemi virus corona karena lebih dari 130 anggota pers, baik jurnalis atau pekerja media lainnya, telah di tangkap. Sekitar 14 dari mereka masih di penjara saat laporan itu di publikasikan pada Senin (14/12).
Tingginya jumlah jurnalis yang di penjara di seluruh dunia menyoroti ancaman saat ini terhadap kebebasan pers,” kata Katja Gloger, kepala kantor RSF Jerman.
Gloger mengecam respons pemerintah terhadap protes, keluhan masyarakat. Dan krisis penanganan COVID-19 dengan melakukan represi terhadap jurnalis sebagai ‘‘pembawa berita buruk.
Di balik setiap kasus ini ada nasib seseorang yang menghadapi persidangan dengan tuntutan pidana. Lama di penjara dan sering di aniaya karena tidak tunduk pada sensor dan represi,” tambahnya.
Sylvie Ahrens-Urbanek, salah satu yang terlibat dalam laporan tahunan ini mengatakan bahwa kasus penangkapan terhadap jurnalis investigasi Hopewell Chin’ono dari Zimbabwe yang melaporkan mahalnya penjualan obat COVID-19 oleh pemerintah, adalah bentuk pelanggaran kebebasan pers.
Dia “di tangkap secara brutal”, kata Ahrens-Urbanek. Jurnalis Zimbabwe itu di tahan selama satu setengah bulan di penjara dan pembebasan dengan jaminan berulang kali di tolak..
Situasi memburuk di tengah pandemi corona.Lotto03
Baca Juga IndoPK.com Agen Poker Online, Domino QQ dan Bandar Ceme Terpercaya